
- Bupati Inhu Rezita Meylani Tanam Padi di Kelayang
- Putuskan Sebaran Covid-19, Anggota Koramil 02/Sungai Apit Patroli Berikan Himbauan Prokes
- Nihil Titik Api, Babinsa Koramil 02/Sungai Apit Serda Edi Warman Patroli Karhutla Di Kampung Dosan
- Diskominfotik Meranti Ikuti Bimtek Jurnalistik Media Center Pemerintah Di Batam
- DPRD Kepulauan Meranti Gelar Rapat Paripurna Pertanggungjawaban Anggaran 2021
- Bakamla RI Terima Kunker PPMI
- 6 PJU Polres Inhu Dimutasi, Ini Pesan Kapolres
- Pengukuhan Pelantikan & Rakorda Karang Taruna Kabupaten Pelalawan
- Cabor Anggar NPC Riau Lakukan Latih Tanding Internal
- Berikut Giat Patroli untuk Mencegah Penyebaran Virus Covid-19 di Sungai Apit
MENGUSIK SUMBER: FEDLI DAN BANI MUDA

Sejarawan bekerja di atas ‘dokumen’. Dalam dokumenlah termuat jejak pikiran dan perbuatan manusia-manusia terdahulu.
Tanpa dokumen, tiada sejarah. Untuk menggali sumber, mau tak mau, kita harus terjun atau menggali dalamnya sumur sejarah.
Tanpa dokumen, para sejarawan akan sesat dalam menelusuri masa lalu. Sementara, dokumen itu sendiri berpembawaan ganda dengan visi yang jamak. Ada dokumen versi istana (sentris), namun ada pula dokumen para kelana jelata (kaum oketai).
Kedua bentuk rekam jejak pikiran dan perbuatan manusia ini (istana dan
jelata) selalu dipertandingkan, juga saling saing. Dan jelata akan kalah, karena sumbernya secara kuantitas amat kecil, ringan dan berkisah peran perseorangan. Maka, yang keluar sebagai pemenang dalam “pertandingan” ini adalah dokumen-dokumen istana (sentris); karena hadir dalam tataran masif, dicatat dengan kelengkapan peristiwa yang berpembawaan vertikal, gradatif, penuh warna dan rona penguasa, birokratis, dan terkesan kaku.
Sumber lain yang layak ditelusuri adalah sumber roman, kisah fiksi, karena meskipun tampil dalam gaya fiksional, dia tetap bersendi dan bersandar pada galur, pada semangat sebuah zaman (sejarah yang terjadi dan berlangsung di depan mata penulis roman-fiksi itu sendiri). Maka, jangan dianggap remeh (ringan) atas kehadiran novel, cerpen atau bahkan puisi. Karena bentuk semacam ouevres (istilah Prancis untuk karya di luar buku-livre-) ini, sejatinya adalah persaksian zaman ke atas sebuah peristiwa, kejadian atau suasana, bahkan detail terkecil dari suatu peristiwa dalam tatapan orang-orang kecil. Persaksian atas kilas peristiwa dan kenyataan sejati yang mengalami
“pengaburan” demi keindahan sejarah (historical blur). Penukilan ke atas sumber adalah sebuah kerja yang melelahkan. Wolfgang von Goethe, berujar dalam karya agungnya ‘Faust’: “Wie schwer sind nicht die Mittel zu erweben, durch die man den Quellen steigt!” (betapa sulit memperoleh
sarana hingga ke sumbernya”).
Tentang sumber, dia bisa hilang disebabkan oleh bencana atau peperangan. Artinya, musibah dan bencana penjadi penyebab utama hilangnya jejak (pikiran dan perbuatan). Seakan-akan, ketika dilacak, dia tak pernahada, padahal pernah ada.
Musibah dan bencana adalah momok
bagi dokumen kemanusiaan untuk menelusuri sejarah. Lantas, bagaimana ihwal Muaratakus? Hari ini, kita memperoleh instrumen serba lisan untuk menelusur jejak pikiran dan perbuatan manusia era Muaratakus. Ini sebuah tapak tua di tanah Melayu, namun susah mengungkai sumber-sumber tertulis yang amat terbatas. Bencana atau musibah yang menimpa Muaratakus, bukan semata alam, tetapi juga perjalanan dan ‘kemajuan pemikiran’ manusia yang melingkunginya.
Kemajuan ‘pemikiran’ pemerintah Indonesia modern, juga tak menjadi wahana yang mencerahkan atas
sejumlah tapak-tapak tua yang menghadir di wilayah Riau. Begitu juga Situs Sintong di Rokan Hilir,
kita juga kehilangan akal budi untuk menggali dan menghampiri sumber dan segala ihwal yang berkait dengan kenyataan situs itu. Dokumen tak mengenal pengganti. Untuk itu, rawat dan peliharalah dokumen. Dokumen itu bisa dalam bentuk artifaktual, berupa tinggalan benda-benda gerabah untuk
keperluan hidup, alat rumah tangga, alat dapur, alat berburu dan meramu, bisa pula dalam bentuk tinggalan jenis “pemakanan” lama yang menjadi sumber energi dan kalori bagi manusia di zaman itu (misalnya kerang, tanaman seperti labu) dan sebagainya. Bisa pula disidik dari jenis material
bangunan seperti jenis bata terrakota yang digunakan untuk membangun candi Muaratakus atau pun Sintong.
Jenis kayu dan tanaman (vegetasi) yang hidup sezaman dengan bangunan candi. Semua sumber ini harus menjalani serangkaian uji-kritis dari para pakar (ahli) tentunya. Tak bisa berangkat dari dugaan “akal sehat” (common sense) semata.
Bangsa yang maju dan tinggi capaian
kebudayaannya, ditandai dengan kemampuan dalam hal merawat segala ihwal yang berkait dengan
sumber dan segala kaidah yang bisa menjelaskan tentang jejak pemikiran dan perbuatan manusia di sebuah zaman yang jauh dan sayup. Di tengah anjuran itu; kita perlu memberi apresiasi kepada rekan-rekan muda (bani) teaterawan seperti Fedli Aziz dan rekan yang berinisiatif memecah
kesunyian sejarah lewat pementasan kolosal teater di laman ‘saujana tua’ candi Muaratakus, pada Senin malam (15 Februari 2016) silam. Tak sekadar memecah sunyi, dia juga diharapkan sebagai ikhtiar untuk menghampiri ‘jejaring sumber’ yang juga senyap dan serba jeluk itu.
Selang dua pekan lepas (26 Juni 2021), di ‘teras padsolik’ sebuah tebing sungai nan merisau, perkauman seni ‘Anak Pekan’ juga diterajui Fedli, mengusik kesadaran modernitas tentang Sungai
Sail dalam ‘kerumun tuduhan’ sebagai penyebab utama banjir sebuah kota. Masih senantiasa mengusik “sumber”, walau ketiadaan dokumen teks atau pun penceritaan verbal (semacam
folklore). Sebuah upaya berkurung ‘walau’ dan serba ‘namun’. Pun, jangan pernah jengah untuk mencari dan mengusik kesadaran (baik masa lalu, apatah lagi modernitas kekinian). Ya, sembari mengusik sejumlah kegersangan sumber...
Berita Terkait
- Kapolresta Pekanbaru Jemput Warga Positif Covid-19 yang Isolasi Mandiri di Rumah0
- Komonitas Petani Nanas Kecamatan Sungai Apit Mengeluh0
- DPMPTSP Kabupaten Siak Masuk 9 Besar dan Satu-satunya Kabupaten di Sumatera0
- Satgas Covid-19 Riau Kerahkan 60 Unit Ambulance dan 220 Petugas0
- Kebun Raya Perkuat Riset dan Konservasi Keanekaragaman Tumbuhan Indonesia0
- Gerobag Ramadan JQR – Baznas, Ridwan Kamil: Berbagi Kebahagiaan dengan Sesama0
- Kolaborasi, 5 BUMN Industri Pertahanan Menggelar Ramadhan Berbagi Secara Serentak0
- Dua Daerah di Jabar Zona Merah, Tempat Wisata Ditutup0
- Pemda Provinsi Jabar Antisipasi Penyalahgunaan Momen Lebaran untuk Terima Gratifikasi0
- Danseskoau : Dukung Kebijakan Pemerintah Untuk Tidak Mudik0
Berita Populer
- Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
- Tenggelam 300 Tahun, Kapal Harta Karun Senilai Rp240 Triliun Ditemukan
- Peran Forum Anak Siak Sangat Penting
- Dibangun dengan Dana Lebih Rp4 Triliun, Begini Kemewahan Rumah Termahal Sejagat
- Pesawat Jatuh Timpa Halaman Rumah, Seluruh Penumpang Tewas
- Ini Ramuan Ala Rumahan Atasi Kerutan di Bawah Mata
- Akhirnya, Bayi yang Ditemukan dalam Kantong Plastik, Kini Memiliki Orangtua Angkat
- Pelaku Begal Tewas Dicelurit Korbannya
- Dipadati Ribuan Jamaah, Ustadz Yusuf Mansur Ajak Umat Muslim Bali Bersedekah
- Jadi Mualaf dan Mulai Puasa, Kiper Timnas Swedia : Menjadi Muslim, Saya Menemukan Agama Yang Indah
